DEBAT LINTAS AGAMA YANG PERNAH DILAKUKAN OLEH ROSULULLAH SAW

Daftar Isi
Debat Lintas Agama yang pernah dilakukan oleh Rosulullah saw merupakan bekal pengetahuan bagi kita sebagai umatnya. Berdakwah dengan cara berdebat akan memberikan pengertian mendalam mengenai nilai Islam yang disampaikan.

Mengajak mereka yang belum berada di jalan Allah swt. dengan cara menunjukan arah melalui petunjuk dalil-dalil yang jelas sebagai cara santun dan beretika.

Hal itu benar-benar dilakukan oleh Rosulullah saw. sebagai sebuah teladan yang harus diikuti oleh umatnya, termasuk umat yang hidup diera modern saat ini. Pemikiran harus dijadikan sasaran utama dalam mengajak, karena pikiran yang menjadi sumber dari setiap tindakan manusia sehingga akhirnya menjadi akhlak.

"sesungguhnya aku diutus ke muka bumi ini untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak"

Mengajak pada kebenaran dan mencegah kemunkaran sama-sama harus dilakukan dengan akhlak yang mulia, dengan cara yang makruf dan dengan penuh keikhlasan seperti yang telah dicontohkan oleh Rosulullah saw.

Debat Rosulullah saw dengan Nasrani dari Najran

Debat lintas agama yang pernah dilakukan oleh rosulullah saw dengan orang najran

Pada suatu hari ketika Rosulullah sedang melaksanakan shalat ashar, datanglah rombongan tamu dari Najran. Kedatangan mereka tidak hanya untuk bertamu tetapi juga untuk menanyakan beberapa hal terkait dengan ketuhanan kepada Rosulullah Saw.


Najran adalah sebuah wilayah atau negara taklukan Romawi yang dipimpin oleh Abu Haritsah ibn Al-Qamah dari bani Bakar bin Wa'il dan dibawah kekuasaannya Najran mendapat subsidi yang sangat melimpah dari Konstantinopel. Sehingga pada waktu itu Najran merupakan negara yang sangat makmur. Namun kemakmuran yang ada telah menyebabkan rakyatnya terjebak dalam pola kehidupan yang menuntut segalanya harus serba mewah.


Setelah selesai shalat Rasulullah seperti biasa mengadakan pengajian untuk memberi pengajaran kepada para sahabat didalam Masjid. Saat Nabi sedang memberikan materi pelajaran, tamu dari Najran ini menyampaikan salam kepada Nabi, namun Nabi tidak membalas ucapan salam mereka.

Sadar dengan keadaan dan sikap yang ditunjukan oleh Nabi kepada mereka, akhirnya mereka memutuskan untuk menunggu Nabi dipelataran masjid. Selain itu mereka juga mencari informasi mengenai bagaimana tatacara bertemu dengan Nabi dan bagaimana tatakrama menghadap kepada Nabi.

Tidak lama kemudian mereka melihat Utsman ibn Affan diikuti Abdurrahman ibn Auf yang hendak menuju ke mesjid untuk mengikuti kegiatan Majlis Rosulullah. Dengan segera para tamu tersebut mencegat mereka berdua dan menanyakan bagaimana cara bertamu dengan Nabi. Namun mereka berdua tidak bisa memberikan jawaban atas pertanyaan yang disampaikan oleh para tamu ini terkait sikap yang ditunjukan oleh Nabi.

Selang beberapa saat akhirnya para tamu ini bertemu dengan sayidina Ali dan menyampaikan pertanyaan seperti yang ditanyakan kepada dua orang sahabat Nabi yang mereka temui sebelumnya. Kemudian sayyidina Ali memberikan arahan kepada para tamu ini dan menyarankan mereka untuk mengganti pakaian mereka dengan pakaian yang lebih sederhana seperti pakaian yang mereka kenakan ketika mereka berada dalam perjalanan. Selain itu, sayyidina Ali juga menyarankan agar para tamu ini menanggalkan perhiasan yang mereka pakai ketika akan bertemu dengan Nabi.

Setelah para tamu dari Najran ini mengikuti arahan dari sayyidina Ali, merekapun mencoba kembali masuk kedalam mesjid dan mengucapkan salam kepada Nabi. Nabipun menjawab salam mereka dan mempersilahkan mereka untuk duduk dan bergabung dalam majlis sementara Nabi melanjutkan kembali pengajarannya kepada para sahabat.

Pelaksanaan Debat
Perdebatan panjang pun terjadi setelah beberapa waktu para tamu dari Najran ini tinggal di Madinah. Dalam perdebatan ini mereka tidak berhasil memojokan Rosulullah, karena setiap pertanyaan selalu dijawab oleh Rosulullah. Bahkan mereka sangat kaget ketika mendengar penjelasan Nabi tentang Isa putra Maryam yang sebenarnya. 

Salah satu pertanyaan yang mereka lontarkan adalah; "Menurutmu, siapakah Isa putra Maryam itu?". Pertanyaan ini mereka ajukan dengan tujuan dapat membungkam Nabi. Jika Nabi menjawab bahwa Isa putra Maryam itu hanyalah seorang manusia biasa, maka mereka akan melontarkan pertanyaan selanjutnya yaitu; "Lalu siapa bapaknya?". Tetapi diluar dugaan mereka, Nabi menjawab pertanyaan mereka dengan ayat al-Qur'an, yaitu surat Ali Imran : 59-61.
(59) Sesungguhnya perbandingan Isa di sisi Allah, adalah seumpama Adam jua. DijadikanNya dia dari tanah, kemudian Dia berkata: "Jadilah!" maka diapun jadi. 
(60) Kebenaran adalah dari Tuhan engkau , maka janganlah engkau termasuk orang yang ragu-ragu. 
(61) Maka barangsiapa yang membantah engkau dari hal itu, sesudah datang kepada engkau pengetahuan, maka katakan lah : Marilah kemari! Kita ajak anak-anak kami dan anak-anak kamu dan isteri-isteri kami dan isteri­isteri kamu, dan diri-diri kami dan diri-diri kamu, kemudian itu kita adakan mubahalah, dan kita jadikan kiranya laknat Allah atas orang-orang yang berdusta.
Setelah itu Nabi pun mengajak mereka untuk bermubahalah seperi yang dianjurkan dalam ayat 61 surat Ali Imran. Yaitu perang do'a, dengan resiko siapa yang berdusta maka harus bersiap menerima laknat dari Allah untuk diri dan anak keturunannya. Tetapi mereka tidak langsung menerima tantangan dari Nabi, malah meminta waktu untuk memikirkannya. Tetapi setelah ditunggu kepastian dari mereka, ternyata mereka tidak berani menerima tantangan mubahalah dari Nabi. 

Kemudian setelah itu, lahirlah perjanjian yang mengikat antara Nabi dengan orang Kristen Najran. Mereka bersedia membayar upeti, namun mereka tetap akan memeluk Kristen sebagai agama yang mereka anut.

Itulah salah satu sejarah perjalanan dakwah Rosulullah saw. yang penuh teladan mulia. Penghormatan terhadap mereka yang ingin inkar dari ajakan tidak serta merta dijadikan alasan untuk membumi hanguskan mereka, tetapi tetap diberikan kesempatan, dan setidaknya tidak menjadi gangguan bagi kaum muslimin.

Umat muslim wajib menyampaikan ajakan kepada siapapun dan dengan cara apapun yang baik, namun masalah taufik itu adalah hak mutlah Allah swt. Wallahu a'lam bish showab.

Posting Komentar