Ketika Abdul Muthalib Menggali Zamzam

Daftar Isi
Allah masih ada didada penduduk kota itu, namun posisinya semakin jauh. Isaf dan Na'ilah adalah dua berhala sesembahan penduduk kota Mekah yang keberadaan keduanya lebih penting dari pada ka'bah. Setiap minggunya selalu ada hewan yang dikurbankan disana sebagai penghormatan untuk keduanya. Tak heran, resiko berat yang akan didapat oleh siapa saja yang berani mengganggu tempat itu, apa lagi bagi yang berani mengusik kedua berhala yang selama ini mereka agungkan, tak terkecuali bagi ketua suku Quraish. Ini sebuah dilema yang terjadi ketika zamzam ditemukan kembali

Sadar dengan resiko besar yang akan dihadapi disatu sisi, namun, disisi lain keyakinan yang semakin kuat dan membara dibenak Abdul Muthalib; bahwa zamzam adalah harta karun yang akan menghentikan keresahan penduduk Mekah dari kelangkaan air yang kini sedang menghantui mereka, maka tidak ada lagi pilihan yang lain kecuali pekerjaan harus segera dimulai.

Ketika Abdul Muthalib Menggali Zamzam

Setelah semuanya diperhitungkan masak-masak dengan besaran resiko yang terukur, penggalian akhirnya dimulai, sementara al-Harits yang menjadi putra pertama dan satu satunya yang di miliki Abdul Muthalib memiliki tugas untuk melindunginya dari segala gangguan yang mungkin akan datang dan mencoba menghambat pekerjaannya.

Hal yang ditakutkan akhirnya muncul 

Suara gaduh yang ditimbulkan oleh martil yang dihantamkan ketanah dan terus terulang, telah berhasil mengundang rasa penasaran orang-orang yang berada disekitar tempat itu untuk datang menghampiri sumber suara. Betapa mereka dikejutkan dengan sosok Abdul Muthalib, yang kini sedang merobek-robek tanah yang selama ini telah menjadi lokasi agung bagi penduduk Mekah.
Bingung dan hampir tidak percaya dengan apa yang mereka lihat, seseorang yang selama ini menjadi panutan mereka, kini sedang berbuat lancang terhadap berhala agung mereka. Bagai manapun perbuatan ini tidak bisa diterima. Akhirnya protes keraspun dilayangkan kepada Abdul Muthalib, bahkan mereka memintanya agar segera menghentikan pekerjaannya.

Al-Haris yang diperintahkan untuk menjaganya, kini sudah terlihat sangat kewalahan dengan kemarahan penduduk Mekah yang semakin padat mengeliling tempat itu. Mencoba untuk tidak memperdulikan keadaan sambil terus bekerja, munculah sebuah bayangan; seandainya ada putra-putra selain al-Harits yang dia miliki, mungkin akan ada banyak putra yang akan selalu siap melindungi dan membelanya.

Akhirnya Abdul Muthalib menghentikan sementara pekerjaannya untuk menanggapi orang-orang yang semakin marah serta melontarkan berbagai tuduhan tidak sedap kepadanya saat itu. Sebuah nazarpun terucap; bila beliau memiliki sepuluh anak, maka salah satunya akan dikurbankan ditempat ini.

Ketegasan, keseriusan dan usaha untuk meyakinkan mereka, bahwa apa yang sedang dilakukannya ini adalah untuk kepentingan mereka, kehormatan Quraish serta kelangsungan masa depan Mekah. Setidaknya inilah yang coba ditunjukan oleh Abdul Muthalib kepada para penduduk yang sedang marah itu.

Seketika, nazar yang terlontar dari mulut Abdul Muthalib membuat orang-orang tercengang dan mengingatkan mereka kepada manusia agung yang telah membangun Ka'bah, yakni Nabi Ibrahim AS. Nazar itu seakan berkiblat pada Nabi Ibrahim as yang pernah rela menyembelih Ismail as untuk membuktikan ketundukannya kepada Allah swt.
Pernyataan Abdul Muthalib yang penuh ketegasan dan kesungguhan ini, akhirnya meluluhkan amarah mereka, hingga membiarkan beliau meneruskan pekerjaannya. Pekerjaan penggalianpun berlanjut tanpa ada gangguan sedikitpun.

Harta karun mulai ditemukan

Puluhan pasang mata yang penasaran melihat pekerjaan penggalian itu, kini tidak lagi menjadi hambatan bagi Abdul Muthalib dan putranya dalam pekerjaan yang mereka lakukan. Seiring waktu berlalu, keringat yang bercucuran sudah tak terhitung lagi akhirnya dikedalaman tanah gersang ini zamzam ditemukan. 

Ternyata dalam penggalian ini, tidak hanya zamzam yang ditemukan tetepi peti-peti harta karun yang dahulu pernah dikubur oleh Klan Jurhum pun kini ditemukan tanpa diduga. Dan ini pula yang akhirnya membuat orang-orang yang tadinya membakar amarah berapi-api mencerca ayah dan anak ini, berbalik menuntut hak atas harta karun yang berupa dua buah patung emas dan berbagai peralatan perang.

Namun, jiwa kepemimpinan yang dimilikinya telah menuntunnya pada keputusan yang sangat bijaksana. Sebagai keputusan yang diambil adalah dengan melakukan pengundian pada harta karun itu. Enam bejana disiapkan sebagai media pengundian. Dua bejana warna kuning untuk Ka'bah, dua bejan hitam untuk Abdul Muthalib dan dua bejana putih untuk penduduk Quraish.

Dalam pengundian itu dua bejana kuning jatuh mengarah kepada dua patung emas, dua bejana warna hitam jatuh mengarah kearah peralatan perang dan dua bejana putih jatuh berhamburan ke arah yang lain. Akhirnya dua patung emas ditempatkan di Ka'bah, peralatan perang menjadi milik Abdul Muthalib dan masyarakat kuraish tidak mendapatkan apa-apa.

Posting Komentar