Keutamaan ruku serta ketepatan posisinya dalam shalat

Daftar Isi
Sebagai mana diketahui bersama bahwa ruku merupakan salah satu rukun yang wajib dilaksanakan ketika seseorang sedang melaksanakan shalat. Selain wajib ternyata keutamaan ruku serta ketepatan posisinya dalam shalat juga sangat penting di pahami untuk lebih menyemangati kita dalam meningkatkan kwalitas shalat.

Keutamaan ruku serta ketepatan posisinya dalam shalat 1

Pentingnya memaksimalkan posisi ruku dalam shalat sama dengan memaksimalkan shalat tersebut. Keberadaan ruku’ mengalamatkan jenis shalat yang dilaksanakan, yakni dari awal shalat ta'yin atau penjelasan niat diukur dengan kata ruku'. Ketika kita berniat shalat subuh akan mengucapkan rok'ataini (kata mtsanna dari ruku)  yang berarti 2 x kita melakukan ruku ketika melaksanakan shalat sbuh. serta shalat zhuhur dengan empat rakaat (empat kali lakukan ruku). Jadi, ruku merupakan ukuran yang membatasi dan mengalamatkan jenis shalat yang dilakukan.




Hai beberapa orang yang beriman, rukuklah kalian dan sujudlah kalian…” (al-Hajj : 77).

Bahkan juga, Rasulullah saw, sempat menganjurkan umatnya untuk merendahkan diri dalam shalat, seraya berkata, “ Rukulah hingga Kamu merasakan tenang dengan ruku itu! ” Ada hadits-hadits yang lain yang menyatakan perihal perlunya ruku dalam shalat. Diriwayatkan dari Abu Hurairah, Rasulullah saw, sempat bersabda; "Siapa yang mendapatkan ruku saat ketinggalan shalat maka ia sudah memperoleh satu rakaat."

Diriwayatkan dari Abu Hurairah, Rasulullah saw, sempat bersabda;
"Siapa yang memperoleh satu ruku saat melaksanakan shalat Subuh sebentar sebelum saat terbit matahari maka ia sudah memperoleh shalat Subuh itu (tidak dihitung qadha). Siapa yang memperoleh satu ruku waktu melaksanakan shalat Ashar sebentar sebelum saat terbenamnya matahari maka ia sudah memperoleh shalat Ashar itu (tidak dihitung qadha)."

Dari hadits-hadits di atas, kita bisa memahami betapa pentingnya keberadaan ruku dalam shalat. Diriwayatkan dari Naafi’, Abdullah bin Umar Ibnul Khaththab sempat berkata, “Jika Kamu ketinggalan ruku, maka sujud Kamu tidak dihitung (tidak terhitung satu rakaat).” Diriwayatkan dari Malik, ia di beri tahu kalau Abdullah bin Umar serta Zaid bin Tsabit keduanya sempat berkata, “Siapa yang memperoleh satu ruku maka ia memperoleh satu sujud (rakaat). ”

Dari sini bisa tampak dengan jelas, bahwa menjaga ruku sama dengan menjaga kwalitas shalat itu sendiri. Mengenai langkah ruku yang baik sudah digambarkan dalam hadits-hadits Sahabat-sahabat dekat Rosulullah saw. di mana mereka memberikan perhatian begitu besar pada beberapa gerakan shalat, bahkan juga menggambarkannya dengan begitu detil, seolah-olah kita tengah melihat Rasulullah saw, sedang melakukan shalat.

Perlu untuk diketahui, saat ruku, seorang mesti membungkukkan tubuhnya hingga ke-2 tangannya menyentuh dua lutut. Mengenai sunnah yang ada dalam ruku yaitu meratakan kepala dengan pantat, bertopang dengan ke-2 tangan yang melekat pada ke-2 lutut serta ke-2 tangan agak renggang ke samping, merenggangkan jemari tangan diatas lutut, dan melemaskan punggung. Langkah ruku ini ada dalam sebagian hadits, seperti di bawah ini.

Diriwayatkan dari Uqbah bin Amir, “Ia melakukan ruku dengan menyampingkan (merenggangkan) ke-2 tangannya, menempatkan ke-2 tangannya diatas lutut, serta merenggangkan jemari tangannya diatas lutut. Lantas Uqbah berkata, “Seperti berikut saya lihat Rasulullah saw, lakukan shalat.”

Diriwayatkan dari Abu Hamid, Rasulullah saw, bila melakukan ruku maka beliau mengerjakannya dengan lurus (punggungnya) serta kepala beliau tidak turun ke bawah maupun mengangkatnya ke atas. Rasulullah saw, juga menempatkan ke-2 tangannya diatas lutut sembari mencengkeram ke-2 lututnya.

Diriwayatkan dari Aisyah r. a, ia berkata, “Rasulullah saw, memulai shalat itu dengan mengucapkan takbir lantas membaca surah al-Fatihah. Saat beliau ruku, kepalanya tidak ditundukkan maupun dinaikkan, namun ada di tengahnya. Lalu, saat beliau mengangkat kepalanya dari ruku, beliau tidak segera sujud, namun berdiri tegak terlebih dulu. Saat mengangkat kepalanya dari sujud, beliau tidak segera sujud sekali lagi (sujud ke-2), namun duduk sebentar dahulu. Beliau senantiasa membaca kalimat tasyahhud tiap-tiap merampungkan dua rakaat. Saat duduk, beliau membentangkan (merebahkan) telapak kaki kirinya (inversi) serta membiarkan tegak telapak kaki kanannya. Beliau melarang umatnya untuk duduk lewat cara duduk setan serta melarang juga seseorang lelaki untuk merebahkan ke-2 sikunya (diatas tanah) seperti yang dikerjakan binatang buas. Lalu, beliau tutup shalatnya dengan mengatakan salam.”

Maksud dari “cara duduk setan” yaitu seseorang yang melaksanakan shalat duduk diatas bokongnya dan mengangkat ke-2 betis serta pahanya, lantas ia menempatkan ke-2 tangannya ke tanah. Tempat ini sama dengan jongkoknya anjing atau binatang buas.


Diriwayatkan dari Ali r. a, “Rasulullah saw, bila telah ruku (punggungnya juga akan begitu lurus) hingga bila ditempatkan satu tempat air diatas punggung beliau itu, tempat air itu akan tidak terjatuh.”

Diriwayatkan dari Mus’ab bin Sa’ad, ia berkata, “Aku sempat lakukan shalat di samping ayahku, lantas saya merapatkan telapak tanganku serta menempatkannya di paha. Namun lalu, ayahku melarang tindakanku itu (menempatkan tangan dengan tempat itu), seraya berkata, “Dulu, kami sempat juga lakukan hal yang sama (seperti yang anda kerjakan namun Rasulullah melarangnya) serta memerintahkan kami untuk menempatkan tangan di lutut.”

Abu Hamid sempat berkata diantara beberapa rekannya, “Nabi saw, melakukan ruku hingga punggung beliau benar-benar rata. ”


Dari beberapa hadits diatas yang membicarakan mengenai hukum ruku serta langkah-langkah mengerjakannya, kita bisa mengambil kesimpulan bahwa seseorang yang melaksanakan shalat mesti :

  1. Mengangkat ke-2 tangannya hingga ke-2 bahunya rata saat ia mengatakan takbir ketika akan ruku. 
  2. Takbir itu baru berhenti sesudah usai menyempurnakan posisi rukunya, yakni tubuh condong ke arah bawah depan, 
  3. Menempatkan ke-2 telapak tangannya diatas ke-2 lututnya saat ruku dengan merenggangkan jemari tangan diatas lutut serta membiarkan jemari itu menjulur ke bawah serta tidak ke belakang seperti yang dikerjakan sebagian orang. 
  4. Harus meluruskan ke-2 lutunya dan janganlah melipatnya, 
  5. Membiarkan punggungnya lurus, sedang leher serta kepalanya berada sama rata dengan punggung (sejajar) 
  6. Janganlah membiarkan kepalanya lebih rendah atau lebih tinggi dari punggung, 
  7. Merenggangkan ke-2 sikunya dari tubuhnya. Kaum hawa tidak sama dalam melakukan langkah2 ruku, mereka lebih merapatkan anggota badannya serta tidak merenggangkan ke-2 sikunya dari tubuh, namun memasukkan ke-2 sikunya dibawah badan, 
  8. Membaca subhanallaah rabbiyal ‘azhiimi sejumlah 3x, namun bila semakin banyak sampai tujuh atau sepuluh semakin baik.
Itulah penjelasan tentang Keutamaan ruku serta ketepatan posisinya dalam shalat yang penting kita pelajari dan kemudian kita laksanakan dengan semaksimal mungkin. Dengan begitu, berarti kita telah melakukan ikhtiar dalam rangka meningkatkan kwalitas shalat kita, sehingga benar-benar menuntun  akhlak hidup kita ke arah yang tanha 'anil fahsya wal mungkar. Wallahu a'lam bish Showab.

Posting Komentar