Ketika Zamzam Ditemukan Kembali

Daftar Isi
Ketika Zamzam Ditemukan Kembali | Menyibak sejarah Islam hingga pra kemunculannya, kita akan menemukan pola kehidupan yang sebenarnya sudah sangat maju dalam pemikiran. Sehingga ini pula yang menjadi pondasi utama bagi kemajuan demi kemajuan yang dicapai oleh umat Islam hingga masa kini.

Semenjak ka'bah berdiri, mekah dikuasai oleh klan yang berbeda-beda, silih berganti selama berabad-abad hingga tibalah klan Khuz'ah menaklukan kabilah Jurhum setelah terjadi clash yang dimenangkan klan Khuz'ah. Namun, tidak ada kekuasaan yang begitu saja menyerahkan segalanya -saat terkalahkan- kepada rivalnya.

Ini pula yang berlaku buat kabilah Jurhum, sebelum menyerah kepada kabilah Khuz'ah, mereka terlebih dahulu melenyapkan harta termegah yang dimiliki oleh makah, yakni sumur zamzam. Namun, dengan kemenangan yang didapatkan, klan Khuz'ah tidak tertarik untuk menemukan kembali air zamzam yang ditimbun oleh Klan Jurhum, melainkan mereka menggali sumur-sumur baru disekitar mekah untuk memenuhi kebutuhan air mereka.

Kini, disaat Quraisy berkuasa setelah berhasil mengusir Klan Khuz'ah secara otomatis memiliki tanggung jawab yang besar untuk memuliakan tamu-tamu Allah yang berkunjung disetiap musim haji tiba. Menyediakan air untuk tamu-tamu Allah itu, merupakan tanggung jawab terbesar yang harus dipenuhi oleh kaum Quraish.

Jika tidak bisa menyediakan air untuk Para tamu Allah selain berdampak pada kerugian materil untuk penduduk mekah juga berarti kehilangan harga dirinya. Lebih jauh lagi mengancam kelangsungan eksistensi kaum Quraish di Mekah, karena gagal memuliakan baitullah.
Ka'bah yang menjadi simbol ketauhidan yang diwariskan oleh Nabi Ibarahim AS, telah menyiratkan bahwa bangsa Arab pada waktu itu memiliki keyakinan -bertauhid- kepada Allah swt. Namun dengan berlalunya waktu, tahuhid yang menancap didada bangsa Arab ini terus menua dan semakin meredup diiringi simbol-simbol pagan yang muncul disekitar ka'bah. Dimana, setiap musim haji tiba, para tamu dari seluruh pelosok arab, selalu meninggalkan sesembahan dalam bentuk patung yang mereka anggap memiliki kekuatan sebagai penghargaan kepada ka'bah. Allah tetap ada namun keberadaanNya bagi bangsa Arab tidak lebih dari sekedar dongeng belaka.

Abdul Muthalib yang menjadi sesepuh bagi klan Quraish, merupakan salah seorang yang masih kuat berpegang pada ajaran moyangnya yakni Nabi Ibrahim AS. dia merasakan beban yang berat dipundaknya kini sedang bertengger, menjadi tuan rumah bagi tamu-tamu ka'bah yang datang dari berbagai penjuru Arab bukanlah sebuah beban yang mudah untuk dipikul, terutama menyangkut menyediakan air untuk kebutuhan mereka selama musim haji di Mekah berlangsung.

Ketika sumur zamzam ditemukan

Sumur-sumur disekitar ka'bah mulai mengering dan tidak ada tanda-tanda akan mengeluarkan kembali airnya dalam waktu yang dekat ini. Hal ini telah membuat keresehan yang sangat hebat hingga terus menghantui sesepuh Quraish ini. Keberadaan zazam saat itu, hanya tinggal dongeng belaka di seluruh kalangan masyarakat Arab. Namun, sesepuh Quraish ini tetap yakin, bahwa disekitar Mekah iniliah zazam berada, karena moyangnya yang seorang Nabi, tidak mungkin mengada-ada.

Mimpi Kedatangan Seseorang

Di Hijr Isma'il itu, Abdul Muthalib sering termenung memikirkan segala hal terutama yang berhubungan dengan tanggung jawab yang dipikulnya, tidak jarang sampai menghabiskan malam disana. Bergumul dengan lelah yang berselimut penat, akhirnya memaksa sesepuh Quraish ini memejamkan matanya teriringi sepoi angin malam yang ikut membelai dengan hembusan lembut yang menerpa sekujur tubuhnya. Alam diseluruh penjuru Mekah seakan sangat mengerti dengan keadaan yang sedang dialami oleh sesepuh Quraish ini.

Lelaki yang berpakaian serba putih datang menghampiri sembari menyuruh Abdul Muthalib untuk mencari sumur zamzam disuatu tempat disekitar at-thoibah yang merupakan sebutan lain untuk ka'bah. Sesaat kemudian dia terperanjat kemudian mengarahkan pandangan keberbagai sudut disekitar ka'abah, namun lelaki itu tidak ia dapati dan ternyata itu hanyalah sebuah mimpi. Betapa kecewanya dia dengan hal tak nyata ini, namun bagaimanapun, mimpi itu terasa nyata dan jelas, seakan memberikan solusi kepada Abdul Muthalib untuk menyelesaikan permasalahan yang kini sedang dihadapinya.

Keesokan harinya dia menceritakan perihal mimpinya semalam yang dia alami kepada para tokoh mekah. Kebanyakan dari mereka percaya bahwa itu adalah pertanda baik bagi penduduk Mekah. Kemudian mereka meminta Abdul Muthalib tidur kembali di Hijr Isma'il, dengan harapan bisa kembali mendapatkan mimpi yang sama dan mendapat petunjuk yang pasti buat menyelesaikan masalah yang sedang mealanda kaum Quraish.

Abdul Muthalib pun kembali pada malam berikutnya tidur di Hijr Isma'il, hingga tiga hari berturut-turut dan memang selalu bertemu dengan mimpi yang sama yaitu selalu didatangi lelaki yang berpakaian serba putih yang memintanya untuk menggali sumur zamzam yang ada didekat Ka'bah.
Wahai Abdul Muthalib! Galilah Zamzam olehmu, ia sumber air yang melimpah dan akan mencukupi para jemaah haji. Letak sumur itu ada disuatu tempat yang banyak terdapat kotoran dan darah. Disana akan selalu ada burung gagak yang mematuk dan ada sarang semutnya.
Sejak saat itu, harapan kembali tumbuh. Semangat untuk menyelamatkan harga diri Quraish kembali menyala. Kini pekerjaannya hanya terfokus pada pencarian lokasi sumur zamzam ditempat yang dialamatkan oleh petunjuk dari mimpinya.

Setelah berhari-hari menyusuri setiap senti dari tanah Mekah, akhirnya langkahnya terhenti dan pandangan melesat tajam kearah tempat diantara dua berhala Ishaf dan Na'ilah. Apa yang dialamatkan oleh mimpinya 100% ada ditempat itu. Setiap saat ditempat itu memang ada darah, karena selalu dilangsungkan upacara pengurbanan oleh masyarakat jahiliyyah untuk sesembahannya, ada gagak yang mematuk-matuk sisa-sisa dari pengurbanan serta terdapat sarang semut ditempat itu.

Ketika Abdul Muthalib Menggali Zamzam

Posting Komentar