Puisi Jalaluddin Rumi Dan Kemungkinan Maknanya
Puisi Jalaluddin Rumi Dan Kemungkinan Makna Didalamnya telah mengundang banyak perspektif dari para penggila kata diseluruh belahan dunia.
Di luar segala konsep kejahatan
dan kebenaran, ada sebuah padang.
Aku akan bertemu denganmu di sana.
Saat jiwa terbaring di atas rumput itu
dunia terlalu penuh untuk diungkapkan.
Idea, bahasa, bahkan frasa "saling"
tak memiliki arti apa pun.
Angin di pagi hari punya rahasia untukmu.
Jangan kembali tidur.
Kamu harus meminta apa yang kamu inginkan sebenarnya.
Jangan kembali tidur.
Orang-orang berjalan bolak-balik di ambang pintu
tempat dua dunia bertemu.
Pintu itu bulat dan terbuka.
Jangan kembali tidur.
Puisi diatas adalah karya Jalaluddin Rumi, seorang penyair, filosof, dan mistikus Persia yang hidup pada abad ke-13.
Puisi ini sangat terkenal dan memiliki banyak interpretasi yang berbeda-beda, tergantung dari perspektif masing-masing pembaca.
Berikut ini adalah beberapa kemungkinan makna yang dapat diambil dari puisi tersebut:
Puisi ini dapat dianggap sebagai undangan dari Rumi untuk meninggalkan perdebatan-perdebatan tentang benar dan salah, baik dan buruk, dan menemukan sebuah padang yang lebih luas, tempat di mana perspektif-perspektif itu tak lagi berlaku dan manusia dapat bersatu dalam keberagaman.
Dalam konteks kehidupan sosial dan politik saat ini, puisi ini dapat diartikan sebagai sebuah ajakan untuk memandang manusia lain dengan perspektif yang lebih luas, tanpa memperhatikan perbedaan-perbedaan yang mungkin ada di antara kita.
Di bagian kedua puisi, Rumi menggambarkan keadaan di mana jiwa telah mencapai kedamaian dan harmoni, di mana semua perdebatan dan perbedaan tidak lagi memiliki arti.
Dalam keadaan ini, bahasa dan konsep-konsep manusia menjadi tidak berguna karena bahasa dan konsep tersebut hanya mampu mencakup keberadaan yang terbatas dari realitas.
Oleh karena itu, manusia perlu meninggalkan konsep-konsep itu dan merasakan keberadaan yang lebih besar, yang tidak terbatas oleh kata-kata.
Bagian ketiga puisi menunjukkan bahwa kebahagiaan dan kedamaian dapat ditemukan di alam.
Rumi menyarankan agar manusia bangun pada saat fajar dan memperhatikan angin pagi yang berbisik-bisik, dan bertanya pada diri sendiri apa yang mereka benar-benar inginkan dalam hidup.
Dalam konteks ini, puisi dapat diartikan sebagai ajakan untuk merenungkan diri, mencari kedamaian dalam keheningan, dan menghubungkan diri dengan alam.
Bagian terakhir puisi menggambarkan ambang pintu antara dua dunia, di mana manusia dapat keluar dari keadaan yang terbatas dan merasakan keberadaan yang lebih luas.
Pintu tersebut bulat dan terbuka, menunjukkan bahwa tidak ada batas atau pembatas dalam pencarian manusia untuk kedamaian dan kebahagiaan.
Secara keseluruhan, puisi ini dapat diartikan sebagai sebuah ajakan untuk meninggalkan pemikiran terbatas, memperluas perspektif, dan mencari kedamaian dan harmoni dalam keberagaman dan alam.
Posting Komentar
Terimakasih