Peran Fase dan Capaian Pembelajaran dalam Kurikulum Merdeka

Daftar Isi
Siswi MTs Al-Fatah Kelas 7

Peran Fase dan Capaian Pembelajaran dalam Kurikulum Merdeka

Kurikulum Merdeka menempatkan fokus pada pengembangan kompetensi peserta didik. Ini berarti pendekatan perlu dilakukan untuk menyederhanakan muatan pelajaran dan memberikan lebih banyak waktu kepada peserta didik untuk memahami konsep-konsep secara mendalam. 

Salah satu strategi yang digunakan adalah merancang Capaian Pembelajaran (CP) yang tersusun dalam fase-fase, dirumuskan dalam bentuk naratif, dan mencakup aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan.

CP merujuk pada kompetensi pembelajaran yang harus dicapai oleh peserta didik pada setiap tahap perkembangan dalam berbagai mata pelajaran. 

Konsep CP ini menggabungkan kompetensi dan ruang lingkup materi ke dalam narasi yang komprehensif. 

Pemetaan CP ini berdasarkan tahap perkembangan peserta didik, sehingga mereka dapat mengembangkan kompetensi mereka secara bertahap.

Penggunaan Fase dalam Kurikulum Merdeka bertujuan untuk membedakan peserta didik dalam satu kelas, mengingat perbedaan dalam proses pembelajaran dan perkembangan mereka. 

Selain itu, perbedaan signifikan antara Kurikulum 2013 (KI-KD) dan Kurikulum Merdeka (CP) adalah waktu yang diperlukan untuk mencapai kompetensi yang ditargetkan.

Pada Kurikulum 2013, KI-KD ditetapkan per tahun, sedangkan pada Kurikulum Merdeka, CP dirancang berdasarkan fase-fase tertentu. 

Masing-masing fase memiliki rentang waktu yang berbeda, seperti Fase Fondasi (PAUD), Fase A (kelas I-2 SD), Fase B (kelas III-IV SD), Fase C (kelas V-VI SD), Fase D (kelas VII-IX SMP), Fase E (kelas X SMA), dan Fase F (kelas XI-XII SMA).

Pemisahan Fase E dan Fase F disebabkan oleh perubahan struktur kurikulum saat peserta didik memasuki kelas XI, di mana mereka mulai memilih mata pelajaran sesuai minat dan bakat. 

Dengan menggunakan Fase ini, peserta didik memiliki lebih banyak waktu untuk mendalami materi dan mengembangkan kompetensi, terutama pada kelas XI-XII SMA yang memiliki struktur kurikulum yang berbeda.

Penggunaan Fase ini sejalan dengan teori perkembangan anak dan remaja serta struktur penjenjangan pendidikan. Penggunaan istilah "Fase" dipilih untuk membedakannya dari konsep kelas, mengingat peserta didik di satu kelas dapat berada dalam fase pembelajaran yang berbeda.

Contoh penggunaan Fase dalam pembelajaran adalah ketika ada siswa kelas V SD yang belum siap untuk memahami materi pelajaran di Fase C (yang ditujukan untuk siswa kelas V pada umumnya). 

Siswa-siswa ini dapat kembali mengulang materi di Fase B (yang ditujukan untuk kelas III-IV). 

Pendekatan ini memungkinkan peserta didik untuk belajar pada tingkat yang sesuai dengan kemampuan mereka, dan kebijakan tinggal kelas yang tidak efektif dapat dihindari.

Penggunaan Fase di Kurikulum Merdeka penting karena pendekatan ini memperhatikan kemajuan peserta didik dengan cara yang lebih akurat. 

Penyesuaian yang diberikan kepada peserta didik yang memerlukan bantuan belajar lebih intensif, strategi pembelajaran yang berbeda, dan waktu yang lebih panjang, daripada hanya mengulang seluruh materi selama satu tahun. 

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mengulang kelas tidak meningkatkan prestasi akademik peserta didik, tetapi justru menghambat kemajuan mereka.

Dalam Kurikulum Merdeka, penggunaan Fase dan CP adalah langkah progresif untuk mencapai tujuan pendidikan yang lebih efektif dan berfokus pada perkembangan peserta didik. 

Kebijakan ini memungkinkan pendidikan yang lebih adaptif dan sesuai dengan kebutuhan individu, dengan memberikan waktu yang lebih banyak bagi peserta didik untuk memahami konsep-konsep penting. 

Dengan demikian, penggunaan Fase dalam Kurikulum Merdeka adalah langkah yang tepat untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia dan membantu peserta didik mencapai potensi maksimal mereka.

Posting Komentar